Tuesday, December 27, 2016

Pengalaman Pertama Asam Lambung Naik

Makanan yang dimasak di rumah sepertinya memang lebih baik. Sekalipun berlemak dan berminyak, porsi minyak dan penyedap rasanya tidak sebanyak makanan yang dimasak untuk keperluan rumah makan, sebut saja contohnya warteg. 1 jenis makanan dimasak dalam porsi besar dengan minyak, bumbu, dan penyedap rasa yang besar pula.
 
Junk food?! Jangan ditanya. Kita semua tahu betapa nikmat dan bahayanya makanan itu. Hah!
 
Jika dihitung berapa tahun, tahun 2016 adalah tahun ke 8 saya menjadi anak kost. Tahu sendiri bagaimana kehidupan anak kost pada umumnya. Aktivitas yang banyak tetapi pola makan, pola tidur, serta pola berpikir yang tidak sehat.
 
Tanggal 18 November 2016, tanggal yang tidak akan pernah saya lupakan. Bukan karena ulangtahun seseorang atau event yang berbahagia lainnya. Pada tanggal itu, saya merasa hidup di ujung tanduk. Asam lambung naik untuk “pertama” kalinya!
Kenapa diberikan tanda “..” pada pertama? Karena pada tanggal itu sepertinya klimaks nya. Maka akan saya ulas timeline beberapa kejadian yang saya ingat yang mirip dengan kejadian tanggal 18 november ini.
 
TIMELINE.

Masih ingat betul sewaktu SD, ketika belajar kelompok di rumah teman, di atas lantai sambil menulis dengan posisi tiduran dan sambil makan keripik pisang yang disediakan ibu teman, tiba-tiba saya merasa nyeri di bagian kiri dada. Bukan di jantung tapi di bawahnya. Tetapi berasa di jantung. Kemudian saya duduk dan nyeri itu tidak ada lagi.
Tahun lalu atau sepertinya awal tahun 2016 ini, saya menonton bioskop, entah bersama teman atau adik, yang pasti waktu itu tidak sendiri. Lupa menonton film apa. Cemilan yang biasa saya makan kalau menonton bioskop tidak pernah jauh dari bahan makanan coklat. Biasanya harus ada minuman. Makanan tidak wajib saya konsumsi. Minumannya ice chocolate. Saat nonton, bagian dada kiri saya tiba-tiba tidak enak. Dengan memperbaiki posisi duduk dan tarik nafas, rasa itu hilang.
 
14 november 2016. saya ke Arion Mall sendiri. Setelah melihat review Hacksaw Ridge yang bagus di imdb dan twitter, saya pilih nonton itu. Penasaran juga karena Andrew Garfield main di film perang. Masih ada beberapa menit sebelum jam film diputar. Kemudian saya ke supermarket yang ada di mall dengan tujuan beli cemilan. Saya beli snickers 2 biji. Ketika bayar di kasir, mbaknya bilang kalau ada bonus 1 biji. Jadilah saya pegang 3 biji snickers keluar dari supermarket. Di depan supermarket, saya beli HopHop, bubble drink favorit. Pesannya? HopHop Cokelat! Singkat cerita, filmnya awalnya tidak intens, saya sudah makan 2 snickers dan 1 porsi HopHop cokelat sebelum adegan perang dimulai. Bagi yang sudah nonton Hacksaw Ridge bisa mengira-ngira, ya.
 
Tiba-tiba, ketika adegan perang yang sangat intens, perasaan saya sudah tidak nyaman.  Saya perbaiki posisi duduk tidak nyaman juga. Tarik nafas tidak nyaman juga. Saya merasa sesak nafas padahal penonton di bioskop tidak banyak pada saat itu. Panik. Tarik nafas lagi. Tidak juga membantu. Sementara layar masih mempertunjukkan adegan perang yang intens dan loudspeaker yang menggebu-gebu. Semakin panik.
 
Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah saya menonton bioskop, saya keluar. Di toilet yang sepi saya mencoba menenangkan diri. Tarik nafas berulang kali. Jalan mondar-mandir di depan cermin. Saya melonggarkan bra. Kemudian saya merasa haus. Perasaan sudah mulai membaik. Kemudian saya ke supermarket lagi beli air mineral yang langsung saya minum sebelum dibayar dan berjalan mengililingi supermarket sekedar melihat-lihat dan mengalihkan pikiran. Rasa nyeri itu hilang.
 
18 November 2016. Hari yang saya tidak akan saya lupakan dari aktivitas pagi sampai malam, dan makanan yang yang konsumsi pun tidak saya lupakan. Pagi hari, saya makan naik uduk (isinya: nasi uduk, tahu sambal, orek, bihun goreng kecap, kerupuk, dan bawang goreng) dan 2 gorengan tempe. Siang saya tidak makan. Saya membereskan pakaian lama yang ada di 2 koper besar dan membereskan lemari. Yang saya lakukan sambil kerja? Mengunyah happydent white sebanyak 8 biji (dari jam 1 siang sampai jam 5). 8 biji tidak langsung saya makan sekaligus, tetapi  pertama kunyah 3 biji, setelah rasanya habis saya tambah 2 biji lagi. Rasanya habis, kumpulan kelima biji happydent itu saya buang. Langsung saya kunyah 3 lagi sampai kerja selesai. Setelahnya saya buang. Kemudian saya mandi. Kira-kira jam 7 malam, saya ke indomaret. Tadinya mau beli toblerone karena lagi pengen sekali. Karena habis, saya beli sari roti sobek rasa cokelat (yang isinya 4 potong) dan pisang sunpride (single). Di depan indomaret, saya beli nasi uduk dan ayam penyet. Di kost, kemudian saya makan malam. Setelah makan ayam penyet, sambil nonton video di youtube, saya sobek 1 roti tadi. Tidak lama setelah itu entah karena saya lapar banget atau bagaimana, saya langsung makan pisang sunpride itu. Saya langsung tiduran di lantai sambil online. Tiduran tidak pakai bantal di atas lantai, bisa dibayangkan bagaimana.
 
Tiba-tiba, jantung saya tidak enak. Dada kiri terasa panas (yang akhirnya setelah beberapa hari saya tahu ini disebut HeartBurn). Berdebar-debar. Takut. Panik. Terasa sesak. Saya berdiri. Perasaan mual ada tetapi tidak ingin muntah. Saya bolak-balik kamar mandi, duduk sambil menunggu muntah. Tidak muntah juga. Jantung masih berdebar kencang. Kepikiran waktu itu saya akan mati. “Gak sekarang! Gak waktu sendiri. Gak.” demikian saya bergumam. saya bawa air hangat ke kamar mandi sambil kumur-kumur. Kemudian saya “muntah”. Tidak muntah besar. Tapi hanya campuran air ludah, pisang, dan roti (?) sedikit sekali. Ukurannya hanya seperti ketika buang air liur sekali. Dan waktu itu saya bilang dalam hati,”Kalau mau muntah, muntah saja kenapa sih?” perasaan masih tidak nyaman. Dada seperti tertekan dan jantung seperti ditarik keluar.
 
Saya menghubungi mama. Selama itu saya merasa agak nyaman karena pikiran jadi teralihkan. Saya bilang kalau dada saya berdebar tidak biasa. Mama menenangkan. Kemudian saya menghubungi teman saya karena takut. Untuk pertama kalinya juga saya takut tidur sendirian. Kita memang tidak harus takut dengan kematian. Tapi pada saat itu saya benar-benar takut mati. Karena teman saya baru kedatangan tamu, jadi dia baru bisa datang 2 jam kemudian setelah saya “mengganggu” dengan pertanyaan kapan datang karena gelisah. Maaf teteh!
 
Menjelang tidur saya google tentang berdebar-debar ini tapi saat itu saya tidak tahu ini asam lambung naik. Saya cari tentang lemah jantung. Memang beberapa waktu ini saya jarang berolahraga dan keluar kost karena saya stress akan sesuatu.
 
Besoknya, saya semakin lemas. Pandangan buram. Saya pengguna kacamata tapi pandangan ini lebih buram, kata teman-teman yang sakit ini juga memang itu pengaruh asam lambungnya.


Jaket tebal dan kaos kaki wajib saya pakai karena merasa dingin padahal kata teteh panas. Kemudian setelah teteh berhasil membujuk saya ke rumah sakit, saya mau. Di rumah sakit persahabatan, karena klinik rawat jalan tutup sewaktu weekend, kami ke IGD. Setelah mendaftar dan menunggu, dokter umum memeriksa. Dokter bilang tidak ada apa-apa. Tapi dada saya masih merasa berdebar dan tidak enak. Dokter menawarkan EKG. Saya tanya dulu harganya karena takutnya uang yang saya bawa tidak cukup. Harganya Rp 75.000,-. Kemudian suster bawa alat tes nya. Setelah pergelangan kaki dan dada dijepit beberapa “selang”. Hasilnya langsung keprint. Dokter baca hasilnya dan bilang tidak apa-apa. Normal jantungnya.
 
Dokter juga menanyakan apa saya merokok atau tidak. Saya jawab tidak. Terus dokter tanya juga, mungkin pikiran. Hah! Iya saya memang lagi kepikiran sesuatu. Tapi bukan pada saat si kejadian debar-debar ini terjadi. Tapi memang saya lagi ada pikiran yang mengurangi kualitas hidup. Dokter bilang,”Nah itu dia. Sebaiknya jangan stress ya. Kalau stress, badan pasti langsung bereaksi.” Kemudian beliau memberikan resep dengan obat omeprazole sebanyak 6 biji harganya (Rp 3000 / 6 biji) dari apotik rumah sakit.
 
Sepertinya postingan ini akan sangat panjang. Silahkan lanjut dibaca ya..
 
Dokter tidak bilang asam lambung saya naik. Tapi pas di kost, saya cari tahu omeprazole itu obat apa. Ternyata berhubungan dengan asam lambung. Oke, kemudian saya cari tahu tentang asam lambung. Pemicunya apa. Apa yang terjadi.
Gejalanya apa. Harus bagaimana. Fix saya asam lambung naik (Acid Reflux).
 
Kemudian saya ingat beberapa kerabat keluarga juga ada asam lambung dan kebetulan papa 2 tahun yang lalu juga begitu, karena minum kopi 2 gelas dalam sehari dengan perut kosong, alhasil debar-debar tidak karuan dan jam 2 pagi, saya yang kebetulan pulang bulan januari, dan mama mengantar papa ke rumahsakit.
3 hari setelah saya sakit, 3 spot di paha kiri saya kebiruan (biru campur hijau) seperti kalau kata awam dicubit atau dijilat setan.  Pertama ada 1 saja, kedua muncul 2 lagi. Tidak besar tapi cukup bikin khawatir. Dan kebetulan setelah itu saya baca postingan di grup kalau kena gangguan syarat otonom karena asam lambung, di poin 25 disebutkan ciri ini. Kemudian saya berencana ke dokter.
 
Di rumah sakit persahabatan di rawat jalan, saya ke dokter spesialis penyakit dalam. Saya yang ditemani teteh Iip menyampaikan keluhan kalau badan tiba-tiba terasa dingin. Kaki dan tangan dingin. Kali ini saya tahu bahwa yang berdebar itu bukan jantung yang membuat panik tapi bagian ulu hati. Lambungnya belum stabil dan masih grukkkk grukkk seperti itu bunyinya sesekali. Tidur juga jadi tidak nyaman. Sebelum ke dokternya, saya timbang badan dulu dan tensi diukur. Berat badan turun 2 kg. Saya senang kalau berat badan turun karena hidup yang baik tapi kalau karena sakit rasanya agak gimana gitu ya.
 
Dokternya tidak periksa saya. Agak kesal juga. Dia cuma baca laporan yang tercantum di map khusus saya yang berisi riwayat pemeriksaan. Saya tunjukkan juga spot biru yang ada di paha kiri. Kemudian diberi resep ranitidin (saya minum. Kalau tidak salah saya diresepkan 10 butir) dan domperidone (tidak saya konsumsi karena saya bilang mual waktu itu. Kadang saya juga bingung ini saya mual apa nggak ya) dan paracetamol (keluhan saya waktu itu kliyengan dan pusing, saya stop ketika saya sudah tidak pusing lagi. Setelah minum  ini jantung saya berdebar tidak enak. Alasan lain saya stop). Saya juga dikasih rujukan buat Cek Darah. Setelah cek darah di hari berikutnya, hasilnya diambil di hari berikutnya lagi. Cek darahnya ada hematologi (Darah Perifer Lengkap), hemostasis (PT +INR dan APTT) dan juga kimia klinik (glukosa sewaktu). 
 
Ketika besoknya cek darah. Saya tidak perlu puasa,jadi langsung bayar sebanyak Rp 423.000,- dan di nadi kiri, darah saya disedot untuk 4 botol tabung seukuran jari telunjuk. Saya tidak berani melihat. Tidak ada rasanya. Tapi biasanya saya berani lihat darah. Huh.
 
Hasilnya keluar sehari setelahnya tapi saya ambil di hari berikutnya.
 
Karena datangnya pagi, jadi kali itu saya yang ditemani Noni (adik kelas dan satu asal) daftar ke dokter spesialis penyakit dalam lagi untuk dibaca hasilnya. Memang di kertas hasilnya jelas kalau hasil nya masih dalam nilai rujukan. Syukurlah. Tetapi ada 2 yang tidak. Tapi kata dokter hasil saya baik. Dan juga hasil yang tidak dalam nilai rujukan itu hanya berbeda desimal lebihnya. Basofil ( rujukan 0 - 1%) hasilnya 1,2% , Eosinofil (rujukan 1 – 3 %) hasilnya 3,7%.
 
Oh iya, berat badan saya waktu ke dokter yang ini turun lagi 3 kg. Jadi totalnya 2 minggu pertama berat badan saya turun 5 kg. Tensi saya 100/70. Saya lupa menanyakan tensi saya di pemeriksaan suster waktu kunjungan pertama dan kedua.
 
Karena keluhan saya masih kliyengan dan dada masih tidak enak, saya diresepkan Ulsafate Sucralfate (Rp 60.000,- / botol isi sirup warna pink muda) dan Omeprazole (Rp 150.000,- per 10 biji). Beda produksi dari obat pertama yang dari apotik rumah sakit, perbedaan harga yang jauh sekali, bukan? Dari apotik rumah sakit, Rp 500 per butir, kalau yag ini Rp 15.000,- per butir. Di grup kebetulan beberapa hari setelahnya ada yang mengatakan bahwa memang lebih paten kalau bukan generik, tapi saya belum coba. Saya beli di apotik biasa karena di apotik rumah sakit sepertinya ulsafate nya tidak ada makanya mbaknya bilang habis). Saya juga dirujuk untuk Kardio, saya tidak ikut per postingan ini dibuat.
 
Dan yang saya senang dari dokter ini (dia berbeda dari dokter sppd sebelumnya yang tidak periksa saya sama sekali), dia menyuruh saya banyak makan dan dia menjabat tangan saya sambil berkata,”Cepat sembuh ya!” dan saya merasa tenang.
Karena “dukungan” dokter ini saya jadi lebih semangat dan yakin kalau saya bisa sembuh dan tidak terlalu menyuplai makanan terlalu sedikit karena takut salah makan.
 
Yang saya minum hanya Ulsafate itu beberapa hari tetapi hanya sebelum tidur. Saya kurang suka karena tidur saya terganggu (sudah teranggu makin terganggu) dan tidak bisa buang air besar dengan teratur. Saya baca di website drugs.com memang begitu efek nya. Hah.
 
Saya punya askes dari kantor papa, tapi karena migrasi ke bpjs dan kartunya belum selesai juga, jadi saya bayar biasa. Waktu ke rumah sakit, yang ikut BPJS antrinya lama. Bahkan di apotik juga lama. Lebih cepat kalau umum dan bayar biasa. Setelah sakit ini, saya baru pertama kali jadi pasien Rumah Sakit. Jadi waktu itu masih takut.
 
Ada yang kelupaan, pucat, bau mulut, perut saya juga kembung dan lidah pahit apalagi kalau baru bangun tidur. Tidur miring ke kiri sesuai instruksi pakar hahaha dengan bantal yang ditinggikan sehingga bagian badan dan kepala lebih tinggi saat tidur. Sekarang sudah mulai nyaman ke kanan. Belum berani tanpa bantal tinggi. Mandi juga takut. Seminggu pertama saya cuma lap badan dan sekali saja keramas. Soalnya waktu itu di kamar mandi aja rasanya mau pingsan. Sendiri pula. Beberapa kali teteh tidur di kostan dan sangat membantu selama saya sakit. Bantu mengalihkan pikiran dengan ngobrol jadi saya tidak di kamar saja dan lihat dinding putih kostan.
 
Dalam minggu-minggu pertama, saya setiap habis ditelepon orangtua maupun kerabat yang menanyakan kabar, selalu menangis. Pokoknya setiap selesai ditelpon. Pas ditelepon mencoba menahan supaya mereka tidak tambah kepikiran. Perasaan saya waktu itu sedih dan takut. Duh, hera hera. 
 
Orangtua bahkan meminta supaya saya pulang saja ke rumah. Jangankan naik pesawat yang lama dan dingin, sekarang naik angkot saja atau bahkan jalan ke luar takut dan cepat panik.
 
Sekarang saya sudah mulai terbiasa dan mengenali gejala kalau mulai merasa tidak nyaman. Berbeda dengan waktu pertama kali karena ketidaktahuan apa dan harus bagaimananya.
 
Semenjak saya sakit saya jadi ikut grup di facebook yang isinya orang yang punya sakit sama. Tahu informasi makanan, atau sekedar kasih semangat, tanya-tanya, mengeluh kalau sakit dan butuh support. Lumayan membantu. Apalagi kalau bingung sekarang gampang tinggal ketik keyword di grup bisa cari tahu postingan yang berhubungan dengan keyword itu. Saya ikut grup GIHM (Gastro Intestinal Health Mania Indonesia) dan GAI (Gerd Anxiety Indonesia).Jadi, asam lambung naik (Acid Reflux) karena:
 
1.      Minuman bersoda / minuman energi
2.      Alkohol
3.      Kopi
4.      Teh
5.      Makanan berlemak
6.      Makanan pedas
7.      Makan gorengan
8.      Makanan berserat tinggi berlebih (mempersulit kerja lambung)
9.      Cokelat
10.  Peppermint
11.  Rokok
12.  Kacang-kacangan (hanya beberapa jenis yang boleh)
13.  Pola makan berantakan
14.  Stress dan frustasi ( jadi susah tidur / sering begadang / insomnia )
15.  Buah tertentu (jeruk, pisang ambon tidak boleh, pisang sunpride single itu pisang ambon)
16.  Obesitas
17.  Makanan tidak dikunyah sampai halus (minimal kunyah 32 kali)
18.  Makan dalam porsi besar
19.  Habis makan langsung tiduran!
20. Sayuran tertentu ( bergas. Contohnya kol dan brokoli yang dimasak, sayur nangka )
21. Santan
22. Mie instan dan makanan pabrik lainnya
 
Melihat list ini, saya juga menyimpulkan selain karena melonggarkan klep alias pintu masuk makanan ke lambung dari kerongkongan yang menyebabkan asam lambung naik, makanan ini semua bersifat adiktif (ketagihan / kecanduan).
 
Ketika melihat lagi timeline makanan beberapa bulan terakhir, apalagi dari awal november, saya konsumsi gorengan hampir tiap pagi, donat, makanan pedas, nasi padang bungkus (porsinya besar kan dan isinya berlemak dan pedas),ketoprak (tengah malam), makan siang bisa nasi pakai lauk dan bakwan 2 jagung, es krim cokelat, ah macam-macam pokoknya. Tetapi yang paling saya sesali adalah happydent white itu. Saya kunyah itu dari awal november juga. Sungguh menyesal.
 
Jadi, teman-teman bisa cek sendiri makanan apa saja yang baiknya dihindari karena memicu asam lambung naik. Biar lebih spesifik. Kalau dari list diatas, dari yang saya ceritakan, bisa diceklis sendiri saya masuk yang mana saja ya hahaha. Hampir semua. Biarpun saya rajin minum 2 L air putih sehari.
 
Sekarang lagi masa pengobatan dengan memperbaiki pola makan (makan harus rebusan dan sebisa mungkin gak minyak, tapi saya masih makan ikan goreng karena tidak ada opsi lain) dan tidur (masih susah) serta olahraga dan berjemur (akhir-akhir ini jarang ada sinar jam 7 – 10) dan saya berharap bisa mengalihkan pikiran ke yang lain, soalnya kalau sendiri selalu pikiran yang macam-macam datang.
 
Lagi mencoba untuk tidak stress dan tidak jadi overthinker. Pengen bikin kunjungan ke psikiater, tapi saya tidak mau dikasih obat penenang. Dari sakit ini, saya juga mendapat jawaban kenapa dalam 1,5 tahun ini saya tidak produktif padahal tidak ada “masalah”. Mungkin di lain waktu saya akan cerita.
 
Semoga teman-teman yang baca ini dapat pelajaran supaya bisa memperbaiki pola hidup, baik makan, tidur, dan pikiran serta olahraga. Ingat, jangan langsung tidur setelah makan. Tunggu 3 jam, makanya “standar” makan terakhir selalu disebut jam 6 sore kan, karena tidur “standar” jam 9 malam. Oke?
 
Panjang juga ya postingannya.
 
All the love,
- H
Blank Stare Kaoani Blank Stare Kaoani