Bapak. Ya. Aku memanggilnya Bapak atau terkadang Papa. Bukan papi, father, dad atau Pa'e. Haha. Aku merasa lebih dekat dengan panggilan 'Bapak'. Bapak ganteng, begitu aku menyebutnya.
Terkadang aku memanggil beliau dengan 'Pa'e' . Itu lebih enak didengar. Sudah terbiasa sedari kecil.
Hari ini, beliau genap berumur 50 tahun. Ya, 5 Oktober 1962 silam, lahirlah orang yang sekarang menjadi Bapakku, suami dari Mamakku, dan bapak dari 3 orang anak yang cantik dan ganteng-ganteng. ehem.
Agak sedih menyaksikan keadaan ini. Seperti menelan pil pahit. Dipaksa menelan pil pahit.
Di ulangtahun emas bapak,ke 50, justru kami anak-anaknya tidak bisa berada disana memberi ucapan selamat ulangtahun secara langsung.
Tidak bisa kami nyanyikan lagu Selamat Ulangtahun di paginya.
Tidak bisa memberikan ciuman di pipinya di pagi hari sewaktu baru bangun hari ini..
Tidak bisa menjabat tangannya.
Tidak bisa memeluknya.
Tidak bisa makan malam bersama di luar seperti yang biasa kami lakukan jika ada dari kami yang ulang tahun.
Tidak bisa melihat apakah bapak hari ini penuh senyum atau bahkan sedih hari ini.
Tidak bisa kami lakukan di hari spesialnya ini.
Kami terpisah.
Yang bisa kami lakukan hanya mendoakannya dan mengucapkan selamat ulangtahun melalui telepon. Sangat berbeda rasanya.
Entah ulang tahun Bapak yang keberapa waktu itu kami masih berlima bisa merayakan ulangtahun bapak. Disaat bertempat tinggal di tempat yang sama. Tidak berpencar seperti ini. Sepertinya 4 tahun lalu.
Kami anak anaknya sekarang ada yang di Medan. Ada yang di Bandung. Dan aku, di Jakarta.
Dulu, sewaktu aku kecil. Jika aku menangis, Bapak selalu mengusap-usap punggungku hingga aku berhenti terisak. Bapak juga selalu menggendongku ke kamar jika aku ketiduran di luar.
Aku ingat waktu itu bapak memberikan aku sebuah boneka gajah berwarna abu-abu. Seminggu sebelum bapak berangkat diklat ke Medan, bapak menanyaiku di kamar berlampu warna orens sambil bermain lempar-lembaran apaaa gitu sama adek-adek. Ya, di rumah tempat kami bertiga lahir. Di rumah kontrakan kami dulu.
Aku ingat sekali.
"Boru, mau enggak boneka?"
"Boneka apa pae?"
"Ada. Minggu depan bapak bawakan. Boneka gajah. Warna abu-abu."
Seminggu kemudian, bapak datang tengah malam, baru pulang dari Medan bawa boneka gajah itu. Aku senang sekali. Sekarang bonekanya di kamarku di rumah.
Bapak gak ingkar janji. Enggak pernah ingkar janji.
Dulu, bapak juga setiap pulang diklat, selalu bertanya,"Mau bapak bawakan apa? Stip? Rautan? Nanti bapak bawakan Dunkin Donuts ya."
Dulu aku punya banyak stip dan rautan yang lucu sewaktu awal masuk SD. Tapi semuanya hilang diambil kakak kelas 6. Aku ingat sekali. Huh.
Dulu, waktu kami kecil, sudah dibolehi pegang pulpen dan pensil. Kami gak pernah dimarahin coret-coret dinding rumah. Hahahaha. Bikin wallpaper gratis. Kalau kata bapak itu bisa menyalurkan kreativitas. Biarkan saja anak-anak berkembang diusianya yang seperti itu. Jangan dilarang-larang. Apalagi menulis dan menggambar. Ya, mungkin karena itu aku jadi suka menulis dan menggambar hingga detik ini.
Aku juga ingat, waktu itu bapak juga pernah membelikan aku jaket. Khusus untukku dan Made. Arie waktu itu masih kecil. Entah mengapa, semua memori itu terlalu kuat. Umurku belum memasuki usia SD. Aku ingat, jaketnya warna ungu muda di bagian dada, pink muda di lengannya. Modelnya Varsity. Keren kan? Hihi. Kalau punya made warna hitam di bagian dada, dan putih di bagian lengan.
Oiya, aku ingat, dulu kami sering main kembang kempisin hidung di kamar. Aku belajar begitu dari bapak sambil ketawa-ketawa ngakak. Hahahaha. Sweet memory.
Aku juga merasa bangga karena sebelum SD, aku sudah tahu tanggal berapa mamak dan bapakku lahir. Dikala teman-teman seumuranku tidak peduli dengan tanggal lahir orang tua mereka, aku sudah tahu. Agak heran juga, waktu SMP,SMA masih ada saja temanku yang tidak tahu kapan orangtua mereka lahir. Kasihan. :/
Aku paling tidak bisa menyaksikan bapak sakit. Tapi aku juga kebanyakan tidak bisa berbuat banyak. Mau 'ngurut', aku tidak bisa. Aku tidak pintar mengurut. Gak ada tenaganya. Hehe.
Tadi pukul 00 lebih sikit, aku mengirimkan sms ke bapak.
Halo pae...Selamat ulangtahun ya pa. Udah ke 50 puang. Semoga sehat selalu, panjang umur, lancar di kerjaan, rokok please dikurangi ya bapakku sayang dan tetap selalu jadi bapak yang jadi panutan dan pembimbing kami. Suami yang bijak buat mamak. SUmber semangat kami. Golden year!
Biarpun kita semua lagi terpisah, tapi hati kita tetap sama-sama bergandengan pa. Kami sayang sama bapak. Emuaaah. I miss you pae ^^
Ya. Beliau adalah orang yang paling saya sayangi di dunia ini. He's my Hero. My super hero.
Bapak.
Orang yang paling aku sayangi di dunia ini.
Orang yang paling aku rindukan di setiap saat.
Orang yang menjadi penyemangatku.
Orang yang menjadi motivatorku.
Orang yang membimbingku.
Orang yang pernah aku kecewakan tapi tetap mendukungku. Tak lengah.
Orang yang paling berpihak padaku.
Orang yang paling takut dan emosi ketika aku hampir hilang di Singapura.
Orang yang ingin sekali aku bercerita banyak dengannya tapi seperti terlalu ada jarak.
Orang yang aku rindukan gelak tawanya.
Orang yang kurindukan senyumannya.
Orang yang selalu membelaku.
Orang yang tidak pernah melupakan kata 'Dadaaah' di setiap akhir telepon denganku.
Orang yang paling fair.
Orang yang selalu kubukakan pintu pagar setiap malam.
Orang yang selalu pertama kuberitahu segala kabar.
Orang yang membuatku paling bersedih di waktu aku ingin melanjutkan sekolahku di Jakarta.
Orang yang memelukku paling erat di bandara.
Ya. Orang yang aku sebut Bapak.
Orang yang paling hebat di mataku.
Orang yang paling kuat.
Orang yang sangat tangguh.
Orang yang paling ingin aku bahagiakan.
Orang yang paling menyayangiku.
Orang yang tidak pernah menyakitiku sekalipun.
Pae, aku sayaaaaaang kali sama bapak.
Aku rindu sama bapak.
Terimakasih sudah selalu ada untuk kami, Pa'e.
Selamat ulang tahun ya, Pa'e! I love you soooo much.